Uni Eropa dan Humanity & Inclusion luncurkan proyek I AM SAFE

21.10.2020

Uni Eropa dan Humanity & Inclusion luncurkan proyek I AM SAFE untuk mengatasi dampak sosial dan ekonomi akibat COVID-19 bagi kelompok rentan di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur

Uni Eropa dan Humanity & Inclusion luncurkan proyek I AM SAFE untuk mengatasi dampak sosial dan ekonomi akibat COVID-19 bagi kelompok rentan di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur

 

Humanity & Inclusion (HI) bersama CIS Timor dan Perkumpulan Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) hari ini meluncurkan proyek “I AM SAFE: Inclusive Access to Multi-Sectoral Services and Assistances for Everyone”

Acara berlangsung secara virtual dan dihadiri oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Bupati Gunungkidul, Bupati Sleman, Walikota Yogyakarta, Walikota Kupang dan Bupati Kupang. Hadir pula perwakilan dari Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), aparatur pemerintah daerah, organisasi penyandang disabilitas di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur (NTT), dan organisasi masyarakat sipil. Uni Eropa diwakili oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia.

Proyek I AM SAFE sepenuhnya didanai oleh Uni Eropa senilai €1.1 juta atau Rp 19,2 miliar. Proyek ini akan mendukung pemerintah daerah, khususnya di Yogyakarta dan NTT, serta di tingkat nasional, dalam tanggap pandemi COVID-19 yang berdampak pada kelompok rentan. Selama periode pelaksanaan proyek 18 bulan, kelompok rentan, termasuk di antaranya penyandang disabilitas, lansia, orang dengan penyakit tidak menular (PTM), perempuan hamil dan menyusui serta kelompok miskin akan mendapatkan manfaat dari layanan inklusif yang dirancang untuk membangun ketahanan dan kemampuan mereka dalam menghadapi krisis. Selain itu, proyek juga akan berkolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil, organisasi penyandang disabilitas dan dinas-dinas terkait untuk merumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan krisis yang inklusif.

“Dampak pandemi COVID-19 sangat luar biasa, khususnya bagi kelompok rentan. Pandemi tidak hanya meluluhlantakkan kehidupan ekonomi namun juga membatasi akses terhadap layanan dasar. Hal ini telah meningkatkan kerentanan kelompok yang sering dilupakan dalam respon krisis. Tanpa pendekatan strategis dan dengan berbagai kendala yang ada, kelompok rentan akan menjadi orang yang paling rentan tertular COVID-19”, ujar Swetika Eko Saptyono, Country Coordinator HI Indonesia. “Aspirasi mereka perlu didengarkan dan partisipasi mereka dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik juga perlu untuk didorong. Diharapkan segala bentuk intervensi dan kebijakan dapat memberikan manfaat langsung bagi mereka,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Drs. Josef Nae Soi, M.M. menyampaikan dukungannya untuk proyek I AM SAFE. "Kami berkomitmen kuat untuk mencegah penularan COVID-19, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Timur. Komitmen kami tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru sebagai acuan kegiatan masyarakat selama masa pandemi. Kami sangat menyambut baik proyek I AM SAFE yang didanai oleh Uni Eropa dan diimplementasikan oleh Humanity & Inclusion bersama mitra CIS Timor. Kami berharap kelompok rentan di dua wilayah sasaran proyek yakni Kabupaten Kupang dan Kota Kupang dapat merasakan manfaat dari program ini. Kami juga berharap program ini dapat melengkapi upaya pencegahan dan mitigasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semoga kerjasama ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat, khususnya kelompok rentan di Nusa Tenggara Timur."

Hal senada diungkapkan oleh Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, “Peran serta masyarakat dalam mencegah penyebaran COVID-19 sangat penting. Kebijakan, informasi dan sosialisasi pencegahan yang diberikan pemerintah tentunya tidak akan berdampak jika tidak ada peran aktif masyarakat. Di Sleman, penyediaan informasi sudah kami lakukan hingga ke tingkat desa. Proyek I AM SAFE yang dilaksanakan oleh Humanity & Inclusion bekerjasama dengan SIGAB tentunya sejalan dengan program pencegahan yang kami lakukan. Kami berharap dengan tersedianya komunikasi risiko yang inklusif, proyek ini dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat Sleman. Kami juga menyambut baik rencana pemberdayaan ekonomi bagi kelompok-kelompok rentan di wilayah Kabupaten Sleman, khususnya mereka yang benar-benar terdampak pandemi.”

“Uni Eropa bangga mendukung proyek I AM SAFE untuk mengatasi krisis kesehatan akibat wabah COVID-19 dan mengurangi dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat miskin dan kelompok rentan. Proyek ini merupakan bagian dari paket 'Tim Eropa' untuk membantu Indonesia menangani pandemi COVID-19, dengan total nilai anggaran sebesar €200 juta (Rp 3,5 triliun). Proyek I AM SAFE akan menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan, menawarkan layanan telemedicine dan konsultasi medis keliling untuk kemudahan mengakses layanan kesehatan, rujukan ke fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan pasien, penyediaan paket nutrisi, dukungan psikososial, dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi kelompok rentan yang paling terpukul oleh krisis COVID-19,” kata Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket. “Proyek ini juga memberikan dukungan kepada sektor swasta dengan fokus pada usaha kecil dan menengah milik perempuan untuk mengaktifkan kembali usaha mereka dengan strategi diversifikasi produk dan pengembangan pasar. Hal ini akan meningkatkan mata pencaharian yang berkelanjutan dan memberikan manfaat nyata bagi sekitar 2,9 juta orang di Yogyakarta dan NTT,” tambahnya.

Dalam implementasi pelaksanaan proyek I AM SAFE di Nusa Tenggara Timur, HI bekerjasama dengan CIS Timor, sebuah lembaga yang bergerak di isu pembangunan dan pemberdayaan komunitas. Sedangkan di Yogyakarta, HI bekerjasama dengan SIGAB, sebuah organisasi penyandang disabilitas yang aktif menyuarakan hak-hak kaum disabilitas.

Acara peluncuran hari ini secara khusus berupaya untuk mendorong komitmen para pemangku kebijakan untuk bekerja bersama dan bersinergi dalam upaya pencegahan dan mitigasi dampak pandemi COVID-19 serta memastikan bahwa setiap respon, khususnya akses dan layanan, bersifat inklusif, sehingga tidak ada satu orangpun yang tertinggal (no one left behind).

------------------------

Tentang bantuan Uni Eropa untuk mengatasi wabah virus corona di Indonesia

Untuk mendukung negara-negara mitra dalam perang melawan pandemi COVID-19 dan dampaknya, Uni Eropa telah meluncurkan pendekatan "Tim Eropa". Tujuan dari pendekatan "Tim Eropa" adalah untuk menggabungkan sumber daya dari Uni Eropa, Negara-Negara Anggotanya dan lembaga keuangan Eropa. "Tim Eropa" telah mengerahkan sekitar € 200 juta dalam bentuk hibah dan pinjaman untuk mendukung Indonesia. Hibah € 6 juta atau Rp 108,5 miliar didedikasikan untuk mendukung organisasi masyarakat sipil dalam menanggulangi dampak kesehatan dan sosial ekonomi dari krisis COVID-19 di Indonesia.

Info lebih lanjut: https://bit.ly/TeamEuropeIndonesia

Tentang Uni Eropa

Uni Eropa adalah kesatuan ekonomi dan politik antara 27 Negara Anggota. Bersama-sama, mereka telah membangun zona yang stabil, berlandaskan demokrasi dan pembangunan berkelanjutan sambil mempertahankan keanekaragaman budaya, toleransi dan kebebasan individu. Pada tahun 2012, Uni Eropa dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian karena upayanya dalam menjunjung perdamaian, rekonsiliasi, demokrasi dan hak asasi manusia di Eropa. Uni Eropa adalah blok perdagangan terbesar di dunia; dan merupakan sumber dan tujuan investasi langsung asing terbesar di dunia. Secara kolektif, Uni Eropa dan Negara-negara Anggotanya adalah donor terbesar untuk Bantuan Pembangunan Resmi (ODA) dengan menyediakan lebih dari setengah ODA secara global.

Tentang Humanity & Inclusion

Humanity & Inclusion (HI) adalah nama operasional dari Handicap International Federation, didirikan pada tahun 1982, sebuah organisasi kemanusiaan non-pemerintah yang independen dan bekerja dalam situasi kemiskinan, konflik, dan bencana. Federasi ini terdiri dari 8 asosiasi nasional, yaitu Perancis, Jerman, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Luksemburg, Inggris, dan Swiss. HI telah bekerja di Indonesia sejak tahun 2005 dan memberikan kontribusi di bidang tanggap darurat, pasca bencana, pendidikan inklusif, serta hak-hak penyandang disabilitas. HI menjalin kerjasama erat dengan Kementerian Sosial Republik Indonesia dalam rangka melaksanakan kegiatan yang memungkinkan penyandang disabilitas dan kelompok rentan mendapatkan akses pelayanan yang lebih baik, menyuarakan langsung kebutuhan dasar mereka dalam pembangunan, dan mendorong terciptanya kebijakan yang inklusif.