THIS CONTENT HAS BEEN ARCHIVED

Pengembangan nilai peternakan diharapkan bantu tingkatkan ekonomi anak muda di desa-desa NTT

30.05.2017
Teaser

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guérend mengunjungi Desa Tesiyofanu di Timor Tengah Selatan (TTS), yang dideklarasikan sebagai Desa Model Peternakan Pertama di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Text

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guérend mengunjungi Desa Tesiyofanu di Timor Tengah Selatan (TTS), yang dideklarasikan sebagai Desa  Model Peternakan Pertama di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam kunjungan ini, Dubes Vincent Guérend bersama Bupati TTS, Paulus Mella meresmikan Tesiyofanu sebagai Desa Model Peternakan, yang ditandai dengan penandatangan prasasti.  Desa Tesiyofanu merupakan salah satu desa penerima manfaat proyek pengembangan mata rantai sektor peternakan atau SCILD (Strong CSOs for Inclusive Livestock value chain Development), yang diimplementasikan Plan International Indonesia, dan pendanaannya didukung Uni Eropa. Proyek senilai 1 juta euro ini telah berjalan sejak Maret 2016, dan akan  diimplementasikan selama 3,5 tahun di 40 desa di Pulau Timor. 

 

Proyek SCILD bertujuan untuk membantu mengatasi persoalan tingginya angka pengangguran yang masih menjadi tantangan di NTT. Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2016, pekerja dengan status formal di NTT hanya sebesar 21,6%, sedangkan pekerja informal 78,42%. Tingginya tingkat kelulusan dari universitas maupun Sekolah Menengah Atas dari tahun ke tahun tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja. Selain itu, tingginya angka putus sekolah memberikan kontribusi pada rendahnya keterampilan tenaga kerja local.

“Artinya, empat dari lima pekerja di NTT bekerja tanpa jaminan sosial yang baik. Jika tidak diatasi, maka hal ini berpotensi menimbulkan dampak sosial yang negatif,” kata Mingming Remata Evora, Country Director Plan International Indonesia, saat mengunjungi proyek pengembangan peternakan untuk anak muda, di Timor Tengah Selatan, Propinsi NTT, Selasa (30/5).

Mingming menjelaskan, untuk membantu pemerintah mengatasi persoalan ini, Plan International Indonesia dengan dukungan dana dari Uni Eropa mengimplementasikan proyek pengembangan peternakan untuk anak muda, melalui proyek SCILD. Proyek yang telah diluncurkan tahun lalu oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya ini dilaksanakan di 40 desa, yang tersebar di lima kabupaten di NTT, yaitu di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Belu dan Malaka. “Proyek ini menitikberatkan peningkatan kapasitas organisasi atau kelompok masyarakat yang ada di desa dampingan, dengan sasaran kaum muda, terutama perempuan,” tambah Mingming.

Duta Besar Uni Eropa Vincent Guérend sangat mengapresiasi rintisan proyek SCILD ini. "Saya sangat senang melihat perkembangan proyek ini, berikut capaian yang diraih setelah setahun berjalan. Berkat kolaborasi dan kerja sama antara Pemerinta Propinsi NTT, Pemerintah Kabupaten TTS, kelompok-kelompok masyarakat, perangkat desa, serta kelompok kaum muda yang selama ini terlibat, SCILD dapat mewujudkan dukungannya untuk meningkatkan mata pencarian kaum muda, terutama perempuan, melalui sektor peternakan,” kata Dubes Guérend. Menurutnya, hal ini menumbuhkan harapan pada potensi perekonomian lokal, dan diharapkan bisa memperkuat upaya pemerintah di TTS dalam menurunkan angka kemiskinan dan mencegah kaum muda menjadi TKI di luar negeri. Lebih lanjut, Guérend mengatakan, perempuan perlu diberikan alternatif dalam mendapatkan pekerjaan supaya punya pilihan untuk tidak meninggalkan anak-anak dan keluarganya.

Dalam implementasinya, Plan International Indonesia bekerja sama dengan dua mitra lokal, yaitu Yayasan Sanggar Suara Perempuan (YSSP) dan Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung (APPeK). Proyek SCILD juga melibatkan delapan kelompok masyarakat yang ada di NTT untuk anak muda, khususnya perempuan dalam upaya pengembangan sektor peternakan. Jumlah hibah untuk setiap kelompok adalah 50.000 euro atau sekitar 100 juta rupiah, yang dipakai untuk mendukung 250 anak muda sebagai penerima manfaat akhir. Jumlah kaum muda pemuda yang terlibat dalam proyek ini sebanyak 2.000 orang, dimana 65% adalah perempuan.

Hingga bulan ini, sebanyak 1.457 ternak (328 ekor sapi, 661 ekor babi dan 468 ekor ayam kampung) telah didistribusikan untuk kelompok-kelompok petani muda di lima kabupaten. Hasil dari pengembangan ternak itu akan dijual mulai Agustus hingga September 2017. “Keuntungan yang diperoleh dari penjualan ternak akan langsung didapat oleh kaum muda, sebagai modal untuk pengembangan bisnis peternakan. Hasil tersebut juga dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, atau untuk tabungan mereka,” kata Mingming.

Selain mendistribusikan ternak, Plan International Indonesia melalui mitra pelaksana proyek memberikan pelatihan soft skills serta penguatan kapasitas organisasi dalam pengelolaan peternakan. Pelatihan teknis juga dilakukan, bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Peternakan.

 

 

 

Category
Press releases
Location

Kupang

Editorial sections
Indonesia