Uni Eropa dan Indonesia menyoroti kerjasama di bidang Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup
Uni Eropa dan Indonesia menyoroti kerjasama di bidang Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup
Hari ini (24/5), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bapak Bambang Brodjonegoro, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ibu Siti Nurbaya Bakar dan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Bapak Vincent Guérend secara resmi meluncurkan bersama EU-Indonesia Blue Book 2018 yakni laporan tahunan kerjasama pembangunan antara Uni Eropa dan Indonesia. Laporan tersebut menggambarkan kesuksesan kerjasama pembangungan Uni Eropa serta para negara anggotanya dengan Indonesia.
Uni Eropa bersama negara-negara anggotanya terus menjadi mitra penting bagi Indonesia dalam pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan dalam menanggapi tantangan global di bidang perubahan iklim. “Di Indonesia, kami telah mendedikasikan sumber daya untuk lingkungan hidup dan kehutanan, tata kelola pemerintahan yang baik, hak asasi manusia, pendidikan, perdagangan, pembangunan perekonomian, serta pelayanan kesehatan, dan kami juga menyambut baik adanya dialog intensif tentang implementasi SDG di Indonesia dan Uni Eropa,” ujar Bapak Vincent Guérend, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia.
“Ini merupakan kesempatan penting untuk menyoroti pencapaian kerjasama antara Indonesia dan Uni Eropa. Kami senang dapat bekerjasama dalam membahas pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan topik-topik penting seperti perubahan iklim,” kata Bapak Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Tema utama EU-Indonesia Blue Book 2018, yaitu Perubahan Iklim, merefleksikan komitmen Uni Eropa dalam mendukung perlawanan terhadap dampak-dampak negatif perubahan iklim, serta keseluruhan reformasi lingkungan yang bersahabat. Sejalan dengan tujuan tersebut, acara peluncuran Blue Book tahun ini juga menghadirkan diskusi panel berjudul “Climate Change: Putting Paris in Practice”. Setelah kesuksesan KTT Perubahan Iklim di Paris pada tahun 2015 dan berlakunya Perjanjian Paris pada tahun 2016, Uni Eropa dan Indonesia melanjutkan momentum ini melalui kerjasamanya dalam menanggapi isu-isu iklim dan lingkungan hidup.
“Hari ini, saya ingin menekankan upaya-upaya kita dalam memerangi perubahan iklim, salah satu tantangan terpenting yang sedang dihadapi planet kita. Uni Eropa berkomitmen menjaga agar semua pihak di dunia terus berupaya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati di Paris dan menjunjung berbagai aksi perbaikan iklim secara nyata,” kata Duta Besar Guérend.
Uni Eropa telah mendukung beberapa inisiatif di Indonesia baik pada tingkat nasional dan sub-nasional dalam mentransformasi pendekatan pembangunan dan mengurangi jejak karbon. Proyek ‘Dukungan Uni Eropa untuk Tanggapan Indonesia terhadap Perubahan Iklim’ (6,49 juta euro) membantu provinsi Aceh untuk mengenalkan praktik ‘cerdas iklim’ dan agroforestri dinamis untuk degradasi lahan, menjalankan pembelajaran secara mendalam mengenai energi terbarukan dan perlindungan terhadap lahan gambut yang kaya akan karbon, serta telah secara sukses mengembangkan mekanisme inovatif di tingkat kecamatan guna pembayaran pelayanan ekosistem yang disesuaikan pada perlindungan lingkungan hidup dan konservasi hutan dengan memanfaatkan Dana Desa.
Pada tingkat nasional, proyek tersebut mengembangkan Analisa Peningkatan Kapasitas dan Analisa Kebutuhan Teknologi (CBTNA) untuk mengumpulkan, menilai, menyusun prioritas dan memperbarui informasi mengenai peningkatan kapasitas dan teknologi yang dibutuhkan guna mencapai target perubahan iklim dari Perjanjian Parisyang telah diratifikasi di Indonesia. Di tingkatan provinsi, proyek ini mendukung pengarusutamaan konsep ramah lingkungan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) guna merefleksikan komitmen untuk melawan perubahan iklim dan untuk pemenuhan target dalam perencanaan dan anggaran yang terkait dengan kebijakan pemerintah provinsi untuk lima tahun kedepan.
Sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Agenda 2030, Uni Eropa berupaya untuk menyeimbangkan mitigasi dan adaptasi, dan juga berupaya untuk menyeimbangkan emisi gas rumah kaca (GRK) dan menghentikan emisi GRK pada sektor-sektor ekonomi yang konsisten dengan pembangunan tahan iklim.
Diskusi panel diikuti oleh perwakilan dari pemerintahan Indonesia, negara-negara anggota Uni Eropa dan proyek-proyek Uni Eropa. Para pembicara adalah Ibu Beata Stoczyńska, Duta Besar Polandia untuk Indonesia, Dr Nur Masripatin, Penasihat Khusus Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Dr Ir Arifin Rudiyanto, MSc, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, BAPPENAS, Bapak Heinz Terhorst, Kepala Tim, Dukungan Uni Eropa untuk Tanggapan Indonesia terhadap Perubahan Iklim, dan Prof.Dr Rizaldi Boer, Direktur Pusat Pengelolaan, Peluang dan Risiko Iklim Kawasan Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM – SEAP), Institut Pertanian Bogor.
Untuk menekankan pentingnya kerjasama pembangunan antara Uni Eropa dengan Indonesia, acara peluncuran laporan ini diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan ‘Bulan Eropa’. Pada bulan Mei, Delegasi Uni Eropa di Indonesia menyelenggarakan beragam kegiatan dalam rangka merayakan ulang tahun Uni Eropa. Berbagai kegiatan tyang diselenggarakan bertujuan untuk memperkaya wawasan serta untuk menampilan lingkup kerja dan keberagaman kegiatan yang dilakukan Uni Eropa di Indonesia. Perayaan ‘Hari Eropa’ (hari jadi Uni Eropa adalah tanggal 9 Mei) mengetengahkan bagaimana masyarakat Eropa bersatu demi perdamaian dan kemakmuran bersama, serta mempromosikan keanekaragaman budaya, tradisi dan bahasa di benua tersebut
Laporan tersebut tersedia online di: http://bit.ly/eu-ri2018bluebook
Program Bulan Eropa tersedia di: http://bit.ly/europemonth2018
Informasi tambahan tentang dukungan Uni Eropa di bidang perubahan iklim:
Uni Eropa dan Indonesia bekerjasama erat dalam bidang teknis dan dialog kebijakan untuk tiga penyumbang utama emisi GRK dari penebangan hutan dan degradasi tanah, yakni: kehutanan, produksi minyak sawit, dan pengeringan lahan gambut, yang meningkatkan risiko kebakaran. Dalam bidang-bidang tersebut, Uni Eropa mendukung aksi-aksi seperti:
- Dukungan Uni Eropa untuk Tanggapan Indonesia terhadap Perubahan Iklim – Komponen Bantuan Teknis (SICCR-TAC)
- Inisiatif Penegakkan Hukum, Tata Kelola dan Perdagangan Hutan (FLEGT)
- Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan (FCPF)
- Fasilitas Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degraadasi (REDD)
- Studi untuk memperkuat sertifikasi Indonesia utuk kelapa sawit berkelanjutan (ISPO)
- Eksplorasi penggunaan Copernicus Remote Sensing untuk lahan gambut
Pada tingkat kawasan, Uni Eropa telah meluncurkan dua inisiatif melalui kerjasama dengan ASEAN yang secara langsung memberikan manfaat kepada Indonesia. Inisiatif-inisiatif tersebut berfokus pada pengelolaan lahan gambut berkelanjutan dan memerangi kabut asap lintas batas (proyek SUPA), serta konservasi keberagaman hayati (proyek BCAMP).